Wanita adalah makhluk terindah yang diciptakan Tuhan di dunia ini, tanpa wanita dunia tak akan ada, tanpa wanita dunia tak akan ceria, tanpa wanita dunia tak akan penuh warna, dan tanpa wanita dunia terasa hampa. Hati wanita adalah perbatasan terakhir antara khidupan dan kematian, karena berkat perjuangan hidup matinyalah kita ada dan bias mengukir cerita diatas dunia.
Tiada yang lebih manis di dunia ini selain cinta dan kasih sayang seorang wanita dari seorang wanita, tiada yang lebih nikmat di dunia ini selain ketulusan hati seorang wanita, dan tiada pemandangan yang lebih indah di dunia yang penuh warna ini selain keindahan wajah seorang wanita yang dihiasi dengan senyum ketulus ikhlasan.
Hati wanita ibarat kaca yang berdebu, bila dibersihkan terlalu keras kaca akan pecah brantakan, bila dibersihkan terlalu lembut kaca akan bertambah kotor, wanita mudah mengeluarkan air mata jika hatinya terluka. Air mata ketulusan yang keluar dari seorang wanita yang tampil sesuai fitrahnya, kasih sayangnya, pesona pribadinya, dan kelembutan hatinya benar-benar tak ada duanya.
Ketika cinta seorang wanita mengetuk hati, tak ada yang dapat dirasakan selain kebahagiaan, ketika sorang wanita mengetuk jiwa tak ada yang dapat dirasakan selain keindahan, ketika seorang wanita mengetuk hati dan jiwa tak ada yang dirasakan selain cinta dan kasih sayang.
Wanita bias menjadi mentari pagi di hati yang dapat mnerangi hangatnya jalan nafas, mnyinari detak jantung dan member cahaya pada kehidupan seorang lelaki. Wanita juga bias menerangi lorong hati yang sunyi senyab sebagaimana bulan menerangi kegelapan malam, menyadarkan diri dari buaian duniakhayal sebagaimana tersadarnya diri dari tidur panjang. Hanya aura wanita yang mampu mnmbus relung hati dan alam bawah sadar seorang lelaki.
Siapa sangka dibalik kelembutan suaradan lemah gemulainya gerak wanita tersimpan kekuatan yang maha dahsyat, melebihi dahsyatnya kekuatan nuklir. Sejarah membuktikan hanya karena ucapan dan perbuatan wanita, banyak pnguasa dunia yang tak berkutik ketika dihadapkan kepada makhluk yang berwujud wanita. Raja Fir’aun kalah oleh rayuan Asiah tatkala menghakimi bayi Musa, Julius Cesar kalah oleh kecantikan Cleopatra, Nafoleon Bonafarte bertekuk lutut pada Josphine, Hitler yang kalah oleh rayuan sang istri, dan masih banya lagi laki-laki yang kalah oleh wanita.
Dalam kehidupan sehari-haripun wanita lebih tegar menghadapi stiap permasalahan dibandingkan seoranglaki-laki, walaupun begitu mudahnya mencucurkan air mata, tetapi dengan keteguhan dan ketegaran wanita dalam menghadapi masalah lebih hebat dari seorang lelaki, ketika seorang suami dtinggal mati oleh istrinya,ia belum tentu bias memanage kehidupan dirinya dan anak-anaknya.
Tetapi mengapa wanita selalu dijadikan kambing hitam? Mengapa wanita selalu dinomor duakan? Mengapa wanita selalu dijadikan objek dalam keseharian? Mengapa wanita selalu diremehkan? Apakah mereka tak sadar bahwa karena wanitalah mereka ada? Aku heran.... aku ingin marah.... aku ingin tertawa.... aku ingin berkata.... mereka semua bodoh kalau mereka mempunyai pandangan sesempit itu terhadap wanita terhadap perempuan yang telah melahirkan mereka ke dunia ini (ibu).
Lihatlah orang-orang besar, lihatlah orang-orang sukses, apakah mereka semua tak sadar bahwa mereka lahir dari rahim seorang wanita, mereka tegar karena didikan seorang wanita (ibu), mereka sukses karena kelembutan dan kasih sayang seorang wanita. Dibalik kesuksesan dan ketegaran mereka ada sosok Wanita.
Diriwayatkan ada seorang sahabat yang bertanya pada beliau, “ya Rosulullah siapakah orangnya yang harus dihormati pertama kali?” beliau menjawab “ibumu” lalu sahabat itu bertanya lagi “lalu siapa ya Rosulullah?” beliau menjawab lagi “ibumu”, sahabat itu brtanya lagi “lalu siapa lagi?” Rosulullah kembali menjawab “ibumu”, sahabat itupun kembali bertanya “lalu siapa ya Rosulullah?” beliau mnjawab “ayahmu”. Bahkan karena keagungan dan kemuliaan seorang wanita, nabi bersabda “Syurga itu ada di bawah telapa kaki ibu”. Itulah wanita si makhluk ayu yang kerasnya melebihi batu.
(Created By: LSB/ Bandung, Januari 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar