(c)creativeloafing.com
Namun, bagaimana pun juga, tak dapat disangkal bahwa pereda stres paling efektif adalah hati yang bersyukur. Mengapa?! Sebab hati yang bersyukur cenderung lebih mudah untuk menerima kenyataan yang sedang dihadapi. Hati yang bersyukur juga tidak mudah menjadikan seseorang jatuh dalam sifat serakah, mengingat bahwa kerapkali stres timbul dari berbagai keinginan dan harapan yang tidak terpenuhi.
Apabila akhir-akhir ini Anda kerap dilanda stres, coba tanyakan pada diri Anda, sudahkah Anda bersyukur atas segala yang Anda miliki sekarang?! Stres dan syukur berada di jalan yang bertolak belakang. Seseorang tidak bisa merasakan stres bila ia tahu bersyukur, demikian juga sebaliknya.[break]
Anda mungkin stres karena suami belum punya pekerjaan. Namun, pernahkah Anda bersyukur tentang keadaan suami yang sehat dan masih bersedia setia menemani Anda?! Atau, mungkin saat ini Anda sedang stres karena buah hati termasuk salah satu dari deretan anak terbelakang. Apakah Anda tidak ingat pada ribuan pasangan yang begitu mendambakan kehadiran seorang anak?!
Kadang kita memang perlu memaksa diri untuk mengucap syukur. Jika stres adalah akibat yang ditimbulkan dari perspektif pesimis, maka syukur merupakan kebalikannya.
Entah Anda terima atau tidak, kenyataannya, suami Anda sekarang mungkin memang belum (bukan tidak akan) dapat pekerjaan, dan buah hati memang belum normal, lalu apa?! Jika Anda tak berkuasa mengubah kenyataan, maka kini saatnya untuk mengubah cara pandang dan kacamata diri sendiri.
Kenakan kacamata optimis. Bersyukurlah untuk tiap hal baik yang ada dalam hidup Anda, pasti ada! Dan, nikmati hasil kepuasan yang bahkan tak pernah Anda bayangkan bisa dirasakan meskipun di tengah-tengah padang gurun sekalipun. Let's give thanks with a grateful heart! (wo/meg)
thanks to Mega Aprilianti woman.kapanlagi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar